Tuesday, June 11, 2013

JEMBATAN

Mega  merah  05.60 saat basah tanah mengendap sesuatu yang tertunda. Ros namanya. Sawomatang dengan warna mata colklat yang bening.  Ada yang yang coba ia tahan antara kedua sumber sungai bening yang tidak pernah kering. Suara keras itu melukainya, keluar dari mulut laki-laki yang mungkin adalah mata air baginya. Meragu dengan semuanya bahwa keinginan adalah sebuah beban dari ketidaktahuan kita tentang masa depan kita. Tiba-tiba suara motor compreng yang bersuara fals menghaluskan perlahan khiayalanya, yono  nama pria itu tidak setampan artis india mungkin tapi, ia mempunyai karakter seorang  laki-laki yang dicari hampir seluruh populasi wanita di planet ini he,,he..he.
             Datang menggenggam tangan lembutnya, tangan yang pernah membelainya pada saat dia sakit, tangan yang selalu memberinya harapan saat semua orang mengacuhkanya. lalu apakah lagi yang harus kau cari bila keduanya ada pada diri satu wanita. Mendekapnya dari belakang membisikan beberapa kalimat berharap dengan itu dapat menenangkan hati sang dewi itu. Keduanyaa tahu bahwa hubungan yang mereka jalani saat ini terlalu rapuh untuk mereka perjuangkan  sementara mereka hanya mempunyai gigi dan kuku sebagai senjata mereka, iya agak sulit memang bila kita hidup dengan kedisiplinan yang tinggi yang kompromi  tidak diberi hak bersuara, sebuah ciri dari sebuah kekakuan militer yng mungkin adalah rahasia umum dinegara ini. 
               Jembatan itu seperti sebuah tugu perjanjian yang mereka tetapkan apakah hubungan itu pantas untuk mereka perjuangkan, cinta yang datang oleh sebab yang rahasianya tergantung antara sayap-sayap para malaikat dan bisikan para bidadari. Yono harus datang dan berbicara langsung dengan komandan sebuah bataliyon dikota itu, mengaku  bahwa ia siap bertanggung jawab dan siap menghadapi semuanya demi putrinya semata wayang yang didiknya dengan disiplin yang selalu ia banggakan pada setiap prajuritnya. Dengan keberanian yang tersisa  kesepakatan itu berujung bahwa yono akan berangkat kekampung halamanya untuk membritahukan kepada orang tuanya untuk melamar seorang putri tanah ayam jantan dari timur itu. besok harinya yono berangkat kekampungnya perlu dua hari perjalanan untuk sampai disana tanah yang ia tinggalkan demi satu cita yang digenggam kuat olenya, kini ia harus pulang dengan cita dan cinta yang harus ia berikan  sedikit cahaya  agar orang lain dapat melihatnya dengan jelas walau semampu mata menangkap bayangan.  Sementara Ros akan menunggu pangeranya  datang dengan mengendarai naga yang menyemburkan api cinta mereka berharap semua yang menghalanginya dapat terbakar  dan hangus.  Empat belas hari akhirnya waktu  akhirnya waktu itu datang juga, waktu yang hampir-hampir mencairkan jiwanya, waktu yang dimana penuh dengan doa dan harap berharap muhassabah dapat membuka pintu-pintu langit. Yono datang seorang diri dengan  keberanian yang memang ia harus punyai salah satu modal untuk menghadap sang komandan . pembicaraan yng berujung sebuah harga yang harus dibyar lunas dari sebuah konsekwensi logis  dari sebuah tanggung jawab cinta, harga yang harus dibayarkan tentang sebuah simbol kelaki-lakian yang wajib dijalani dalam sebuah keluarga. Lalu dengan sebuah asma syukur  pada sang pemilik cinta pernikahan itu akhirnya dapat dilaksanakan dengan kebahagiaan yang kelihatan dari bibir Ros yang bila  bulan memandangya pasti ia akan redup dengan malu.  Berharap kedepanya mereka dapat membangun sebuah kapal kecil mengarungi samudra ketidaktahuan kita tentang senang, sedih dan khayalan, tentang misteri  cinta yang kita selalu mencari jawaban tentangnya. 
              Sudah lima tahun berlalu seorang anak yang sedang tumbuh tengah bermain pekarangan kecil, berlari-lari dan tersenyum Nampak kecerdasan dimatanya yang terang dan menyala, menunggu setiap sore didepan pintu rumah kecil itu berharap ayahya pulng membawakan sebatang coklat atau sebuah permainan baru untuknya sembari pelukan hangat dari bahu dan dada bidang yang akan menjaganya sampai I dapat bertanggung jawab terhdap dirinya sendiri dan menemukan cintanya juga entah itu dari arah mana  sang maha akan menganugrahkanya. Gibran nama bocah itu sedikit nakal dan lincah namun ia adalah buah perjuangan itu, perjuangan cinta dari anak-anak waktu yang tidak semua diri dapat berani mempertaruhkanya.  Dimana harga diri dan kehormatan yang selalu coba kita banggakan ternyata tidak berartidihadapan cinta.
( - Mirdad Arieflan - )
Bagikan artikel ini :


Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar Anda